Kamis, 09 Januari 2020

Melayani Dengan Data, Kolaborasi Nyata Pustakawan



Jakarta – Setelah membahas mengenai Ontologi Pustaka, di hari kedua, Rabu (08/01), ISIPII (Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia) kembali mengadakan diskusi yang bertema Tata Kelola Data dan Dokumentasi Ilmiah. Diskusi yang diselenggarakan di lantai 2 PDDI LIPI ini, kembali menghadirkan Prof. Putu Laxman Pendit, Ph.D, Prof. Blasius Sudarsono, MLS, dan Hendro Subagyo, M.Eng.
Acara diawali dengan sambutan dari Laksana Tri Handoko, Kepala PDDI-LIPI. Beliau membahas hal-hal yang terkait dengan wajib serah dan wajib simpan data primer dan sekunder yang didapat dari seluruh aktivitas riset dan hal yang terkait, yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SISNAS IPTEK). “Ini bukan masalah otoritas tapi ini masalah layanan, layanan modern yang harus kita kembangkan karena pelaku dan aktivitas riset itu semakin bergantung pada data, dan kebermanfaatan data  tergantung bagaimana kita menyimpannya.” Ujarnya.
Selanjutnya, sambutan kedua oleh Wiji Suwarno selaku Presiden ISIPII. Menurutnya, level kerja pustakawan dalam sebuah penelitian menjadi berkembang dalam dunia kepustakawanan, sehingga tidak terus terjebak dalam paradigma lama yang memandang jika kerja pustakawan hanyalah berputar pada pendataan buku saja.
Diskusi dimulai dengan pembicaraan dari Hendro Subagyo mengenai adanya kebutuhan akan data untuk dasar pengambilan keputusan. Namun, untuk saat ini data yang ada kebanyakan tanpa metadata, dokumen pendukung dan coding yang tidak terstandarisasi. Untuk itu, data yang ada seharusnya mengikuti salah satu standar internasional yang digunakan terkait data, yaitu FAIR Data Principles (Findable, Accessible, Interoperable, Reusable). Dan untuk mendukung hal itu, pustakawan diharapkan tidak hanya menjadi data literature expert tapi juga information expert dan expert operator data ataupun data scientist. “Saya harap bisa lebih dikedepankan orientasi layanannya.” Ujar Handoko di akhir sambutannya.
Diskusi dilanjutkan dengan pembicaraan Prof. Blasius Sudarsono yang dimulai dengan kalimat yang sering kali diucapkannya, mengenai dokumentasi yang tidak hanya masalah pustaka tetapi juga non pustaka. Kemudian dibahas pula mengenai salah satu konsep perpustakaan penelitian, seperti konsep ARL, mengenai perubahan dari knowledge service provider menjadi collaborative partner. Dijelaskan pula jika objek dari perpustakaan dimulai dari data, information, knowledge, wisdom, dan faith. Selain itu, banyak pula disampaikan mengenai paparan tentang subject specialist, embedded librarians, blended librarians, dan data librarians.
Pembicaraan terakhir ditutup oleh Prof. Putu Laxman Pendit. Beliau mengatakan bahwa kontak antara masyarakat dan pustakawan di Australia dijembatani melalui data librarian. Menurutnya, apapun nama atau istilahnya posisi librarian masih tetaplah ada. Salah satu hal yang dapat dikembangkan oleh pustakawan adalah perlunya kemampuan dalam memahami bagaimana kebutuhan pengguna atau masyarakat terhadap data yang diperlukannya secara individu. Salah satu caranya dapat terlihat melalui budaya epistemik yang salah satu poinnya adalah komunikasi ilmiah, yaitu bagaimana cara pengetahuan itu dikomunikasikan.
Pada acara kali ini, ISIPII bekerjasama dengan PDDI LIPI mengadakan diskusi keilmuan aktif yang rutin diselenggarakan, sebagai upaya untuk selalu memperkuat pengembangan ilmu Perpustakaan dan Informasi di Indonesia. (Toumi, Lisna, Ed.: Dhestari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Social Media

Perpustakaan Balitbangdiklat, Kementerian A gama pada hari R abu (17/07/23) melakukan kegiatan seminar bedah buku secara hybrid dengan tem...

Popular Posts