Jakarta – Setelah membahas mengenai Ontologi Pustaka, di hari kedua, Rabu (08/01), ISIPII (Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia) kembali mengadakan
diskusi yang bertema Tata Kelola Data dan Dokumentasi Ilmiah. Diskusi yang
diselenggarakan di lantai 2 PDDI LIPI ini, kembali menghadirkan Prof. Putu Laxman Pendit, Ph.D, Prof. Blasius Sudarsono, MLS, dan Hendro Subagyo, M.Eng.
Acara diawali dengan sambutan dari
Laksana Tri Handoko, Kepala PDDI-LIPI. Beliau membahas hal-hal yang terkait dengan wajib serah dan wajib simpan data primer
dan sekunder yang didapat dari seluruh aktivitas riset dan hal yang terkait, yang diamanatkan dalam
Undang-Undang No. 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SISNAS
IPTEK). “Ini bukan masalah otoritas tapi ini masalah layanan, layanan modern
yang harus kita kembangkan karena pelaku dan aktivitas riset itu semakin
bergantung pada data, dan
kebermanfaatan data tergantung bagaimana kita menyimpannya.”
Ujarnya.
Selanjutnya,
sambutan kedua oleh Wiji Suwarno selaku Presiden ISIPII. Menurutnya, level kerja pustakawan dalam sebuah penelitian menjadi berkembang dalam dunia kepustakawanan, sehingga tidak terus terjebak dalam paradigma lama yang memandang jika kerja
pustakawan hanyalah berputar pada pendataan buku saja.
Diskusi dimulai
dengan pembicaraan dari Hendro Subagyo mengenai adanya kebutuhan akan data untuk dasar
pengambilan keputusan. Namun, untuk saat ini data yang ada kebanyakan tanpa
metadata, dokumen pendukung dan coding
yang tidak terstandarisasi. Untuk itu, data yang ada seharusnya mengikuti salah satu
standar internasional yang digunakan terkait data, yaitu FAIR Data Principles (Findable, Accessible, Interoperable, Reusable). Dan untuk
mendukung hal itu, pustakawan diharapkan tidak hanya menjadi data literature expert tapi juga information expert dan expert operator data ataupun data scientist. “Saya harap bisa lebih
dikedepankan orientasi layanannya.” Ujar Handoko di akhir sambutannya.
Diskusi
dilanjutkan dengan pembicaraan Prof. Blasius Sudarsono yang dimulai dengan kalimat yang sering kali diucapkannya, mengenai dokumentasi
yang tidak hanya masalah pustaka tetapi juga non pustaka. Kemudian dibahas pula
mengenai salah satu konsep perpustakaan penelitian, seperti konsep ARL,
mengenai perubahan dari knowledge service
provider menjadi collaborative
partner. Dijelaskan pula jika objek dari perpustakaan dimulai dari data, information, knowledge, wisdom, dan faith. Selain itu, banyak pula disampaikan mengenai paparan tentang subject specialist, embedded librarians, blended
librarians, dan data librarians.
Pembicaraan
terakhir ditutup oleh Prof. Putu Laxman Pendit. Beliau
mengatakan bahwa kontak antara masyarakat dan
pustakawan di Australia dijembatani melalui data
librarian. Menurutnya, apapun nama atau istilahnya posisi librarian masih tetaplah ada. Salah satu hal yang dapat
dikembangkan oleh pustakawan adalah perlunya kemampuan dalam memahami bagaimana
kebutuhan pengguna atau masyarakat terhadap data yang diperlukannya secara
individu. Salah satu caranya dapat terlihat melalui budaya epistemik yang salah
satu poinnya adalah komunikasi ilmiah, yaitu bagaimana cara pengetahuan itu
dikomunikasikan.
Pada
acara kali ini, ISIPII bekerjasama dengan PDDI LIPI mengadakan
diskusi keilmuan aktif yang rutin diselenggarakan, sebagai
upaya untuk selalu memperkuat pengembangan ilmu Perpustakaan dan Informasi di
Indonesia.
(Toumi, Lisna, Ed.: Dhestari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar