Selasa, 30 Juni 2020

Kiat Tingkatkan Jumlah Sitasi dan Publikasi Internasional

 
Selasa (30/06) - Puslitbang Penda (Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama) mengadakan Webinar bertemakan “Meningkatkan Jumlah Sitasi dan Publikasi Internasional (Menyongsong INCRE & ISRL 2020) dengan mengundang para peneliti yang berpengalaman dalam penerbitan publikasi internasional sebagai narasumber, seperti Dr. M. Murtadlo yang merupakan Koordinator INCRE, Prof. Dr. Adlin Sila yang merupakan Ketua Umum APAI, dan Akmal S. Ruhana selaku Koordinator ISRL. Webinar yang dilakukan melalui aplikasi video konferens Zoom dan siaran langsung Youtube kanal “Puslitbang Penda” ini dimoderatori oleh salah satu peneliti Puslitbang Penda yaitu Ta’rif, S.Ag., M.A.

 Materi pertama yang dibawa oleh Prof. Dr. Adlin Sila membahas tentang langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan jumlah sitasi dan publikasi internasional. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang peneliti untuk meningkatkan angka sitasi dan publikasi artikelnya dalam sebuah jurnal. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas dari artikel yang akan diterbitkan di jurnal. Dalam pemaparan narasumber pertama Prof. Dr. Adlin Sila memberikan poin-poin penting yang perlu dilakukan seorang peneliti agar dapat meningkatkan kualitas dari artikelnya. Adlin memaparkan bahwa salah satu yang perlu dilakukan adalah mempresentasikan artikel kita dalam sebuah seminar atau konferensi ilmiah, dengan begitu peneliti bisa mendapatkan masukan-masukan yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi artikel. Karena artikel yang berkualitas memiliki peluang sitasi yang lebih tinggi.

Pemaparan dari narasumber pertama dilanjutkan oleh Dr. M. Murtadlo yang memaparkan mengenai pengalaman pribadinya dan juga Puslitbang Penda dalam upaya peningkatan jumlah sitasi dan publikasi jurnal internasional. Dr. M. Murtadlo membahas mengenai cara peningkatan sitasi dengan menyarankan memulai dari pengaktifan akun Google Scholar dan SINTA 2 hingga kiat-kiat yang bisa dilakukan oleh peneliti untuk memperbanyak sitasi dan publikasi seperti self-citation, menulis artikel dengan tema menarik, hingga melakukan kolaborasi penulisan artikel. Adapun salah satu publikasi internasional yang telah diterbitkan adalah INCRE yang merupakan prosiding dari Konferensi Internasional Pertama tentang Agama dan Pendidikan di tahun 2019. “Alhamdulliah kita berhasil mendorong peneliti dari Puslibang Penda, kurang lebih 25 peneliti, hampir semuanya mengirim (karya ilmiahnya),” penjelasan Dr. M. Murtadlo mengenai keaktifan peneliti dalam INCRE yang dipublikasi pada tahun 2019.

Materi selanjutnya yang dibawakan oleh Akmal S. Ruhana mengajak para peserta untuk sadar akan sitasi, publikasi internasional dan memanfaatkan peluang yang ada pada International Symposium on Religious Life (ISRL) 2020. Beliau menyatakan bahwa masih belum banyak yang membaca, menulis atau mengutip hasil karya peneliti karena soal akses. “Bukan soal kualitas tulisan, tapi ini soal akses. Soal bagaimana mereka bisa mengakses tulisan-tulisan kita,” ujar Akmal S. Ruhana. Beliau juga menyatakan bahwa salah satu cara untuk membuka pintu akses karya ilmiah yang dihasilkan adalah dengan menggunakan bahasa internasional dalam penulisannya, seperti bahasa Inggris. Dengan mengupayakan akses secara lebih luas terhadap karya yang dihasilkan, peneliti juga telah mengupayakan peningkatan nilai kebermanfaatan yang dapat dilihat dari jumlah sitasi yang dimilikinya. Akmal S. Ruhana mengajak para peneliti untuk ikut berkontribusi dalam publikasi internasional pada ISRL yang akan dipublikasi pada akhir Oktober 2020 mendatang.

Webinar dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diskusi. Salah satu peserta dari Balai Litbang Makassar bertanya tentang bagaimana cara mendeteksi jurnal predator atau jurnal abal-abal. Menanggapi pertanyaan ini, Prof. Dr. Adlin Sila merekomendasikan website ScimagoJR yang berisi daftar jurnal yang telah terindeks Scopus dan menghindari jurnal yang baru terbit agar lebih terasa nilai kebermanfaatannya. Selain itu, Prof. Adlin juga menegaskan bahwa penerbitan publikasi internasional yang baik sebenarnya tidak membutuhkan biaya, jadi hindari jurnal yang meminta fee untuk penerbitan.

Webinar ini telah memotivasi para peneliti untuk mengirimkan karyanya ke jurnal internasional dan memanfaatkan peluang dari ISRL dan INCRE yang telah memberikan kesempatan para peneliti untuk berpartisipasi di dalamnya guna meningkatkan jumlah sitasi dan publikasi internasional. (Dhestari)

Peningkatan Kualitas Pustakawan Melalui Penyusunan Angka Kredit

  

Selasa, 30 Juni 2020 - Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara menyelenggarakan kegiatan webinar sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat melalui sharing informasi dan informasi mengenai Strategi Penyusunan Angka Kredit Pustakawan. Kegiatan webinar ini diselenggarakan melalui aplikasi Zoom dan live streaming di akun Youtube Prodi Ilmu Perpustakaan UIN SU Medan.

 

Webinar dimulai pada pukul 09.00 WIB yang dibuka oleh Dra. Retno Sayeti, MLIS selaku ketua program studi Ilmu Perpustakaan UIN SU Medan dengan menghadirkan dua narasumber dari Perpustakaan Nasional yakni Dra. Adrianti Zen, M.Hum. Sebagai Pustakawan Ahli Utama, tim penilai pustakawan Perpustakaan Nasional RI dan bapak Agus Rifai, Ph.D selaku Asesor Akreditasi Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI. Webinar ini dipandu oleh bapak Abdi Mubarak Syam, M.Hum selaku moderator.

 

Kegiatan Webinar yang diikuti sekitar 714 orang ini dibagi menjadi dua sesi, dimana sesi pertama diisi oleh materi Strategi Penyusunan Angka Kredit Pustakawan yang disampaikan oleh Dra. Adrianti Zen, M.Hum. dan sesi kedua diisi oleh bapak Agus Rifai, Ph.D yang menyampaikan materi mengenai “How to transform the routine jobs into scientific papers

 

Sesi pertama dimulai dengan penjelasan mengenai landasan hukum dari penyusunan angka kredit pustakawan, selanjutnya Adrianti Zen menjelaskan jenjang jabatan pustakawan, dan lebih lanjut mengenai teknis mulai dari jenis kegiatan, angka kredit kegiatan, cara perhitungan, bukti fisik, fungsi angka kredit, ketentuan angka kredit serta alur dan persyaratan yang perlu dipenuhi untuk kenaikan jabatan. Dengan penyusunan angka kredit dan kenaikan jabatan diharapkan terjadi peningkatan kualitas dari pustakawan.

 

Kemudian pada sesi kedua, Agus Rifai menyampaikan bagaimana peningkatan angka kredit pustakawan juga dapat dilakukan dengan membuat atau menulis suatu karya ilmiah dimana karya ilmiah tersebut dapat ditulis yang berbasis pekerjaan rutin pustakawan. Ia menyampaikan bahwa Angka kredit yang bisa didapatkan melalui penulisan karya ilmiah dalam bentuk buku adalah sekitar 12,5 AK dan 8AK sedangkan untuk majalah dan paper sekitar 6AK dan 4AK. Angka tersebut termasuk besar daripada kegiatan teknis. Untuk menulis karya ilmiah berbasis pekerjaan rutin dapat melihat dari data yang telah didapatkan dari pekerjaan yang dilakukan, kemudian data tersebut diarahkan ke pembahasan dan hasil data kedalam format paper ilmiah.(Dhestari)

Senin, 29 Juni 2020

Sociopreneur Dalam Pengembangan Wirausaha Sosial di Indonesia

 

Senin (29/06) - Politeknik ATIP (Akademi Teknologi Industri Padang) mengundang dr. Gamal Albinsaid - seorang sociopreneur, inovator dan motivator muda - sebagai narasumber dalam kegiatan webinar dengan tema  “Bedah Buku Muda Mendunia” melalui aplikasi video konferens Zoom serta live streaming Youtube Politeknik ATI Padang. Webinar kedua dari seri webinar ini merupakan webinar pertama yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Politeknik ATI Padang.

“Masalah adalah sumber awal dari inovasi, tapi masalah perlu sentuhan wirausaha untuk menjadikannya sebagai inovasi wirausaha sosial” ujar dr. Gamal Albinsaid dalam sesi pertama Webinar Bedah Buku Era Baru Wirausaha Sosial. Indonesia saat ini memiliki banyak masalah yang perlu untuk diselesaikan, mulai dari Koefisien Gini Indonesia yang sangat rendah, perkembangan ekonomi Indonesia yang hanya menguntungkan 20% orang terkaya, akses air minum paling buruk nomor 2 di ASEAN, hingga tingginya kesenjangan sosial diantara masyarakat Indonesia.

Pada sesi pertama bedah buku Era Baru Wirausaha Sosial, dr. Gamal Albinsaid mendefinisikan dirinya sebagai seorang sociopreneur atau wirausaha sosial, sociopreneur sendiri merupakan sebuah bisnis yang memiliki tujuan sosial dan lembaga sosial yang memiliki strategi untuk menghasilkan uang. Seorang sociopreneur merupakan orang yang memiliki ketertarikan, kepedulian terhadap suatu masalah yang kemudian ia cari inovasinya untuk menangani masalah tersebut. dr. Gamal Albinsaid memaparkan inovasi-inovasi wirausaha sosial apa saja yang sudah ia kembangkan berdasarkan permasalahan yang ia temukan selama karirnya di bidang kesehatan, yaitu Garbage Clinical Insurance, Siapa Peduli, dan Inmed. Inovasi-inovasi wirausaha sosial tersebut ia kembangkan dengan harapan dapat membantu memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia.

Setelah sesi bedah buku pertama, webinar dilanjutkan dengan sesi bedah buku kedua yaitu buku “Muda Mendunia”.  Dalam buku kedua ini, dr. Gamal menjelaskan nilai-nilai apa saja yang selama ini ia jadikan pedoman hidup yang terdiri dari sincerity and sacrifice, visioner, produktif, disharmony dan meaning. Pemaparan materi sesi kedua dari bedah buku ini diharapkan dapat menjadi motivasi yang kuat bagi kaum muda untuk terus berkarya dan berinovasi.

Menjawab pertanyaan dari peserta mengenai kebijakan dan perencanaan program seperti apa yang perlu ditingkatkan oleh generasi milenial, dr. Gamal memberikan masukan terkait pengembangan program sociopreneur yaitu pertama selesaikan masalah yang dihadapi, salah satunya dengan membuat program yang berkelanjutan untuk membantu mengatasi masalah dalam pengembangan wirausaha, kedua melakukan upaya fasilitasi untuk membantu menyediakan berbagai hal yang dibutuhkan oleh generasi muda dan yang terakhir memberikan keteladanan atau mentor yang memotivasi, dimana kita dapat belajar dari orang yang telah mencapai tujuan seperti yang diinginkan. Selain itu dr. Gamal juga memberikan tips mengenai bagaimana memulai wirausaha bagi anak-anak muda dimana hal yang perlu dilakukan adalah menyiapkan resources, networking, packaging dan marketing, leadership, entrepreneurship dan antisipasi failure.

Seminar yang diadakan selama dua jam ini diakhiri dengan sesi tanya jawab dengan peserta dan kuis berhadiah yang disponsori oleh dr. Gamal Albinsaid dan Politeknik ATI Padang. (Dhestari)

Jumat, 26 Juni 2020

Pentingnya Membaca dalam Memerangi Hoaks

 

Jakarta – Menyikapi banjir informasi pada masa pandemi Covid-19, Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas RI) mengadakan webinar dengan tema “Mencegah Hoaks dengan Membaca” pada hari Jumat (26/06/2020) melalui platform Zoom dan live-streaming pada kanal Youtube Perpustakaan Nasional RI.

Munculnya informasi dan berita palsu yang diunggah oleh oknum yang tidak bertanggung jawab atau yang lebih dikenal sebagai hoaks merupakan permasalahan yang cukup meresahkan khususnya dalam menggunakan internet dan media sosial. Dengan tidak melengkapi diri dengan senjata utama untuk dapat memerangi hoaks, kita bisa termakan olehnya bahkan ikut menyebarkan informasi palsu tersebut dan tentunya dapat merugikan kita semua. Seminar yang diadakan oleh Perpusnas RI ini diadakan untuk membahas bagaimana pentingnya membaca sebagai salah satu senjata dalam memerangi informasi Hoaks .

Webinar sekaligus diskusi ini menghadirkan dua narasumber, yakni Dra. Woro Titi Haryanti, MA selaku Deputi BIdang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas RI dan Najwa Shihab selaku Duta Baca Indonesia, serta Angie Ang selaku moderator yang membuka dan memandu jalannya sesi pemaparan materi dan diskusi.

“Ini kuncinya, malas membaca. Jadi akhirnya kita tidak tahu apakah (informasi yang kita dapatkan adalah) hoaks atau bukan,” penjelasan Woro mengenai alasan mengapa orang menyebarkan hoaks. Selain itu, dijelaskan juga bahwa perasaan bangga menjadi yang pertama kali menyebarkan berita tanpa mengetahui kebenaran berita yang didapat menjadi sebab orang menyebarkan hoaks. Dibarengi dengan sikap suka berbagi, gemar mencari sensasi dan asal ikutan tren, penyebar hoaks tidak berhati-hati dalam menyebarkan berita palsu tersebut. “Perpustakaan hadir, mengajak Bapak dan Ibu sekalian untuk membaca, supaya terhindar dari ikut-ikutan menyebarkan hoaks tersebut,” ujar  Woro.

Hoaks yang terus bermuculan tentunya bukan sebuah barang baru dan sekaligus menjadi tantangan bagi masyarakat. Kemampuan untuk mengelola informasi menjadi salah satu kunci utama dalam menghindari hoaks dimana kemampuan tersebut dapat diperoleh dengan banyak membaca. “Pembaca buku adalah orang yang selalu berhati-hati dalam mengelola informasi,” ujar Najwa ketika menyampaikan materi seminar. Dari penyampaian materi mengenai pentingnya membaca, Najwa menyampaikan terdapat lima langkah sederhana dalam menentukan informasi yang baik yaitu selalu berhati-hati dengan judul yang provokatif, cermati alamat situs atau url apakah dari sumber yang terpercaya, selalu periksa fakta dari informasi tersebut, cek keaslian foto atau video serta ikut serta forum anti hoaks.

Setelah pemaparan materi, seminar dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab oleh narasumber dan peserta. Dengan dilaksanakannya seminar secara vitual ini diharapkan masyarakat untuk lebih meningkatkan kegiatan membaca dan menganalisis setiap informasi yang didapatkan sebagai salah satu cara dalam memerangi penyebaran hoaks karena permasalahan hoaks adalah tanggung jawab bersama. (Dhestari)

Selasa, 23 Juni 2020

Menghadapi ‘New Normal’ Covid-19 di Perpustakaan

 

 

Rabu (23/06) - FPKI (Forum Perpustakaan Khusus Indonesia) mengadakan seminar web atau biasa disebut dengan webinar dengan judul Bibliotek “Menghadapi Kenormalan Baru di Perpustakaan”. Webinar yang akan dilakukan secara rutin setiap dua minggu ini juga merupakan rangkaian menuju 20 tahun FPKI pada bulan november mendatang. Webinar kali ini diselenggarakan melalui video konferens Zoom dengan Ketua Umum FPKI yang juga merupakan pimpinan perpustakaan BPPT, Eka Meifrina Suminarsih, sebagai narasumber dan Sekjen FPKI, Chaidir Amir, sebagai moderator.

 

“Pandemi covid ini memiliki impact yang cukup besar dalam semua lini kehidupan kita semua, termasuk perpustakaan di dalamnya. Sehingga perpustakaan harus mulai mempersiapkan diri untuk melakukan layanan dengan menyesuaikan dengan himbauan yang sudah disampaikan oleh pemerintah” ujar Chaidir Amir selaku moderator pada pembukaan sesi penyampaian materi .

 

Mulai dibukanya layanan perpustakaan dilakukan dengan mangacu pada Undang-undang dan peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah mengenai pelaksanaan kegiatan pelayanan pada kondisi pandemic seperti UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Surat Edaran Menteri Kesehatan No. HK.02.01/Menkes/335/2020 tentang Protokol Penularan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan (area Publik) dalam mendukung keberlangsungan usaha dan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi No. 58 Tahun 2020 tentang Sistem Kerja Pegawai Aparatur Sipil Negara dalam Tatanan Normal Baru.

 

Dalam sesi penyampaian materi, Eka membahas pelaksanaan kenormalan baru di perpustakaan dengan memberikan contoh kasus pelaksanaan kegiatan di Perpustakaan BPPT. Dalam penyampaian materinya Eka memaparkan bahwa setiap lembaga perlu memiliki aturan atau pedoman sistem kerja pegawai untuk menunjang pelaksanaan kegiatan perpustakaan baik secara WFH ataupun WFO yang mengacu pada protokol kesehatan yang telah dikeluarkan pemerintah. Selain itu perpustakaan juga harus siap melaksanakan transformasi digital dalam melayani pemustaka di masa pandemic ini, sehingga kebutuhan pemustaka dapat tetap terpenuhi dan selalu up-to-date terhadap informasi terbaru mengenai protokol atau aturan pelaksanaan pelayanan perpustakaan pada situasi kenormalan baru ini.

 

Sesi penyampaian materi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan peserta webinar yang menjadi wadah pertukaran informasi berdasarkan pengalaman pelayanan perpustakaan masing - masing. Selanjutnya webinar ditutup dengan kesimpulan bahwa kenormalan baru ini menjadi hal yang harus dihadapi bersama, yang perlu disyukuri adalah dengan kenormalan baru ini perpustakaan khusus dapat memperluas pelayanan dengan peningkatan pengetahuan dan pengaplikasian koleksi dan layanan digital, tentu dengan akses pengguna yang menjadi lebih luas yang disampaikan oleh Chaidir Amir. (Dhestari)

Social Media

Perpustakaan Balitbangdiklat, Kementerian A gama pada hari R abu (17/07/23) melakukan kegiatan seminar bedah buku secara hybrid dengan tem...

Popular Posts